Sabtu, 06 Juni 2020

Dosa dalam diri kita

Dosa dalam diri kita

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

 

Langkah pertama untuk melawan musuh adalah mengenal musuh itu sendiri. Dosa dapat dilawan ketika kita mengenal bagaimana sifatnya dan cara kerjanya. Ada 4 kunci mengenai hukum dosa dalam diri kita

1.     Dosa yang ada dalam diri kita adalah sebuah hukum (roma 7:21)

Hal ini sama dengan sebuah hukum gravitasi, yang menarik segala hal ke arahnya. Gravitasi adalah sebuah obyek kekuatan yang membuat obyek-obyek ”mematuhi keinginannya. Dosa juga menarik, menakut nakuti, mengancam diri kita. Kristus sudah mengalahkan kuasa dosa, sehingga dosa tidak lagi menghasilkan kematiaan kekal atas diri orang-orang percaya

 

2.     Hukum dosa ini ada dalam diri kita. Hukum dosa dirasakan oleh orang yang percaya, sedangkan mereka yang tidak percaya tidaklah merasakannya. Hukum dosa adalah seeperti sungai yang mengalir kuat dan menghanyutkan orang-orang yang tidak percaya. Mereka tidak dapat mengukur kekuatan arusnya karena mereka menyerahkan diri dan hanyut dalam arusnya. Sedangkan orang percaya berenang melawan arus. Ia langsung berhadapan dengan dosa dan berusaha dengana sekuat tenaga melawan kekuatan dosa itu

 

3.     Kita menemukan hukum dosa ini pada saat kita berada dalam kondisi yang terbaik. Ketika Paulus ingin melayani Allah, justru hukum dosa ini bekerja dengan kuat mencegahnya. Namun hukum dosa ini bukanlah diktator atas diri orang percaya.

 

4.     Hukum dosa ini tidak pernah berhenti bekerja. Pada saat orang kristen ingin melakukan berdoa, maka hukum dosa melawannya dengan kantuk, atau mengacaukan perhatiannya.

 

 

Bagaimanakah menghadapi hukum dosa dalam diri kita? Kita harus tahu cara kerja kedagingan yang mencobai diri kitga. Yak 1:14-15 membuat daftar yang kita bisa sebut sebagai tingkatan pencobaan

1.     menyeret pergi (akal budi)

2.     memikat (afeksi)

3.     membuahi dosa (kehendak)

4.     kelahiran dosa (dalam perbuatan, perkataan, pikiran)

5.     maut oleh dosa (kematian rohani)

 

 

 

 

1.     menyeret pergi akal budi

 

ini adalah pintu paling depan dari pertahanan kita menghadapi serangan pencobaan. Akal b udi yang paling penting untuk dijaga. Bacalah kej 39:6-10. Akal budi Yusuf dilindungi oleh dua pemikiran. Yakni kebusukan dosa (bagaimana mungkiin aku melakukan kejahatan yang besar ini) dan kebaikan dan anugerah Allah (bagaimana mungkin aku bisa ......berbuat dosa terhadap Allah?karena akal budinya siaga dan siap untuk bertindak, maka ia menyadari adanya muslihat kedagingan dan mampu menolak pencobaan. 1 Pet 1:13-16. Akal budi adalah penjaga jiwa kita yang berfungsi untuk menghakimi dan menentukan apakah sesuatu hal baik dan menyenangkan Allah, sehingga afeksi akan merindukannya dan kehendak akan memilihnya. Jika akal budi gagal mengidentifikasi dosa sebagai hal yang jahat, fasik dan busuk, pahit, maka afeksi tidak mungkin menghindarinya dan kehendak akan malkukan dosa tersebut.

Tugas pertama dari akal budi adalah mengetahui dan berpegang teguh bahwa dosa itu jahat dan berpegang pada kasih Allah. Inilah cara Yusuf bertahan melawan pencobaan yang luar biasa itu.

Akal budi kita diserang oleh kedagungan biasanya dengan cara menganggap bahwa perbuatan dosa itu tidak terlalu berbahaya, tidak mengancam, dan nikmat. Kalau berbuat dosa, nanti ada pengampunan. Atau perbuatan ini hanya sekali, setelah itu, tidak akan berbuat dosa lagi.

 

2.     afeksi.

Yakobus mengatakan bahwa ketika kita dicobai, kita diseret dan dipikat  (Yak 1:14). Ini adalah gaya bahasa seorang pemancing. Dipikat berarti tertangkap kail atau kait. Kata ini memberikan gambaran yang jelas bagaimana kedagingan mengait afeksi kita. Ketika seseorang memancing, maka mata kait itu ditutupi, tersamar, dibuat agar nampak menarik bagi jenis ikan yang ingin ditangkap. Kait itu harus dihiasi dengan cacing atau umpan yang menarik. Kait itu harus diingini, menarik dan memikat. Umpan tidak hanya mengundang, tetapi harus menggoda. Kedagingan menipu dan menggoda kita dengan pencobaan. Ia mengayungkan kenikmatan-kenikmatan dosa dihadapan kita , menghiasinya dengan semua yang dikatakannya sebagai kenikmatan, menjadikan kita tidak bisa melihat kait yang tersembunyi. Dan bahkan terkadang mata kait itu tidak ditutupi, karena kita tahu bahwa upah dosa itu maut (Rom 6:23), namun kedagingan berhasil membuat kita lupa, mengabaikan atau tidak peduli dengan kait yang ada dengan umpan-umpannya yang manerik. Perangkap itu untuk menjerat afeksi sdr. Cara kedagingan mengait afeksi kita adalah dengan menyamarkan bahaya dosa dibawah hiasan yang nimat. Afeksi Yusuf dipancing dengan kecantikan istri potifar, kenikmatan seks, dan keharuman istri potifar. Contoh lain adalah Akhan melihat diantara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan sinear (Yos 7:21). Afeksinya bergelora dengan keinginan memiliki barang-barang tersebut

 

Afeksi kita bukan hanya dipancing dengan cara langsung, tetapi juga dengan melamun melakukan dosa. Melamun menjadi digoda seperti Yusuf, melamun mencuri uang miliaran dll.

Ketika Afeksi telah terpikat, maka kehendak akan segera mengikuti.

Ingatlah, bahwa akal budi adalah penjaga jiwa. Tugasnya adalah menghakimi keinginan-keinginan, perbuatan-perbuatan, pikiran-pikiran, kepercayaan-kepercayaan, emosi-emosi apa yang menyenangkan hati Allah. Sedangkan afeksi akan berpegang pada apa yang dikatakan oleh akal budi. Jika akal budi, sudah ditaklukkan oleh kedagingan, maka afeksi akan membara dan kehendak akan meleleh, melaksanakan perbuatan dosa itu. Salomo mengatakan Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Jika hati sudah terkait dengan sesuatu, maka sdr tidak dapat menghentikan kehendak untuk melakukannya.

 

3.     Kehendak

Kehendak akan melengkapi godaan kedagingan terhadap jiwa. Akal budi terseret dari tugasnya sebagai penjaga, kemudian afeksi terpikat dan terjerat, lalu kehendak mengatakan ”ya”aku bersedia, maka disinilah dosa telah dibuahi. Ketika orang kristen melakukan dosa, selalu terdapat keengganan yang tersembunyi. Karena Roh Kudus dalam diri kita juga akan berperang melawan kedagingan itu. Kehendak orang kristen terseret seperti kapal yang hanyut oleh arus. Dalam hati orang kristen selalu ada penolakan sebenarnya terhadap dosa, namun dia sudah tidak berdaya terhadap afeksi yang demikian membara itu, sehingga kehendaknya mengikuti.

 

Bagaimana agar kita bisa mengalahkan pencobaan? Cara untuk menang atas godaan adalah jagalah akal budimu, afeksimu. Akal budi mesti selalu siaga dan mengerti dengan jelas bahwa dosa itu keji, jahat dan Allah itu kudus, penuh kasih. Pikirkanlah selalu akan Allah dan kekejian dosa. Demikian juga afeksi kita mesti dipelihara agar jangan sampai melamunkan hal-hal yang berdosa atau bahkan melihat hal-hal yang mengandung bahaya dosa. Misalnya, pergi ke dugem. Menonton film-film yang membanagkitkan afeksi.

Cara supaya akal budi kita kuat dan afeksi kuat menolak godaan adalah membaca firman Tuhan da berdoa setiap hari. Tuhan Yesus mengalahkan pencobaan dengan memakai akal budi,:ada tertulis-ada tertulis-ada tertulis. Afeksinya tidak mengikuti godaan Iblis karena akal budinya mengontrol afeksinya. Dan dengan membaca firman Tuhan, afeksi kita akan diarahkan untuk Allah. Ketika kita merenungkan betapa kudusnya Allah, maka afeksi kita akan terlibat dan hati kita akan semakin gentar terhadp kekudusan Allah.

Cara lain untuk menjaga akal budi dan afeksi adalah, dengarlah lagu-lagu rohani . syairnya dan musiknya akan menolong akal budi, dan afeksi kita untuk lebih membenci dosa dna mengasihi Allah

 

 

 

Yohannis Trisfant, MTh