Sabtu, 06 Juni 2020

B. AJARAN ALKITAB MENGENAI ASAL MULA MANUSIA

B. AJARAN ALKITAB MENGENAI ASAL MULA MANUSIA

 

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

 

 

Kita tidak bisa menerima pandangan teori evolusi, baik yang ateistik maupun yang teistik. Ada beberapa alasan:

·        Pertama,  Ada  pertimbangan  yang  agung  dari  Allah  sebelum  menciptakan

manusia. Allah mengatakan, ”baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”. Allah Tritunggal sedang mempertimbangkan untuk menciptakan manusia. Manusia bukan jadi karena kebetulan sebagai hasil evolusi, melainkan melalui sebuah pertimbangan yang agung dari Allah Tritunggal.

·        Kedua,  Penciptaan  manusia  dilakukan  secara   langsung.  Tubuh   manusia  

memang memakai materi yang sudah ada sebelumnya, yakni dari debu tanah, namun jiwanya diciptakan langsung oleh Allah. Mereka tidaklah berevolusi dari hewan sebelumnya.

·        Ketiga,  Manusia  diciptakan  segambar  dan   serupa   Allah.    Ketika    Allah

menciptakan tumbuhan, ikan dan binatang-binatang dikatakan bahwa Allah menciptakan mereka menurut jenisnya. (Kej 1:21,24). Akan tetapi manusia tidaklah diciptakan oleh Allah seperti itu. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Penciptaan manusia sangatlah berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang. Manusia diciptakan jauh lebih tinggi daripada hewan dan ciptaan-ciptaan lainnya. Ada sebuah jarak yang tak terukur antara manusia dengan hewan. Manusia diciptakan segambar dan serupa Allah dan diberikan kuasa atas ciptaan yang lebih rendah (Kej 1:26,27,31;  2:19,20;  Mzm 8:5-8).

·        Keempat, Manusia dibentuk  dari  debu  tanah,  bukan  dari  hewan.  Kejadian 2:7

yang menuliskan bahwa TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, seharusnya ditafsirkan secara hurufiah dan bukan secara alegoris. Kita tidak bisa menafsirkan bahwa Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah yang berarti Tuhan membentuknya dari hewan yang berasal dari debu tanah. Pernyataan bahwa Allah menciptakan manusia dari debu tanah tidak akan dipakai oleh penulis kalau memang manusia diciptakan dari hewan. Penafsiran evolusi teistik ini bertentangan dengan kej 3:19, dimana dituliskan bahwa dengan berpeluh manusia akan mencari makanannya, sampai mereka kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah mereka diambil; sebab mereka debu dan akan kembali menjadi debu.". Dalam ayat ini tidaklah dikatakan bahwa manusia ketika mati akan kembali ke bentuk asalnya, menjadi hewan. Hewan dan manusia akan sama-sama kembali menjadi debu, seperti dikatakan oleh pengkotbah:” karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.  Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu. Pkh 3:19-20

·        Kelima, Adam dan  Hawa  diciptakan  sebagai  laki-laki  dan  perempuan.  Jikalau

Adam dan Hawa belum menjadi manusia ketika Allah menghembuskan nafasnya kepada mereka, maka mereka tidak akan disebut sebagai laki-laki dan perempuan, melainkan jantan dan betina

·         Keenam, Hawa  diciptakan  langsung  oleh  Allah.  Hawa  diciptakan  dari  rusuk

Adam (Kej 2:21-22; 1 Kor 11:8). Jika Hawa dibentuk langsung oleh Tuhan dari Adam, maka masuk akal pula kalau Adam dibentuk langsung oleh Allah. Apakah mungkin laki-laki berasal dari kera sedangkan Hawa berasal dari manusia, yakni Adam? Hal ini tidak mungkin.

·        Ketujuh, Alkitab membedakan antara daging manusia dan daging hewan. Dalam 1

Kor 15:39 jelas diberitahukan kepada kita bahwa bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan.

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar