B. AJARAN
ALKITAB MENGENAI ASAL MULA MANUSIA
Kita tidak bisa menerima
pandangan teori evolusi, baik yang ateistik maupun yang teistik. Ada beberapa alasan:
·
Pertama, Ada pertimbangan
yang agung
dari Allah sebelum
menciptakan
manusia. Allah mengatakan, ”baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita”. Allah Tritunggal sedang mempertimbangkan
untuk menciptakan manusia. Manusia bukan jadi karena kebetulan sebagai hasil
evolusi, melainkan melalui sebuah pertimbangan yang agung dari Allah
Tritunggal.
·
Kedua,
Penciptaan manusia dilakukan secara langsung.
Tubuh manusia
memang memakai materi yang sudah ada sebelumnya, yakni
dari debu tanah, namun jiwanya diciptakan langsung oleh Allah. Mereka tidaklah
berevolusi dari hewan sebelumnya.
·
Ketiga,
Manusia diciptakan segambar dan serupa Allah. Ketika Allah
menciptakan tumbuhan, ikan dan
binatang-binatang dikatakan bahwa Allah menciptakan mereka menurut jenisnya.
(Kej 1:21,24). Akan tetapi manusia tidaklah diciptakan oleh Allah seperti itu.
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Penciptaan manusia
sangatlah berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang. Manusia
diciptakan jauh lebih tinggi daripada hewan dan ciptaan-ciptaan lainnya. Ada
sebuah jarak yang tak terukur antara manusia dengan hewan. Manusia diciptakan
segambar dan serupa Allah dan diberikan kuasa atas ciptaan yang lebih rendah
(Kej 1:26,27,31; 2:19,20; Mzm 8:5-8).
·
Keempat, Manusia dibentuk dari debu tanah,
bukan dari hewan. Kejadian
2:7
yang menuliskan bahwa TUHAN Allah membentuk
manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya,
seharusnya ditafsirkan secara hurufiah dan bukan secara alegoris. Kita tidak
bisa menafsirkan bahwa Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah yang berarti
Tuhan membentuknya dari hewan yang berasal dari debu tanah. Pernyataan bahwa
Allah menciptakan manusia dari debu tanah tidak akan dipakai oleh penulis kalau
memang manusia diciptakan dari hewan. Penafsiran evolusi teistik ini
bertentangan dengan kej 3:19, dimana dituliskan bahwa dengan
berpeluh manusia akan mencari makanannya, sampai mereka kembali lagi menjadi
tanah, karena dari situlah mereka diambil; sebab mereka debu dan akan kembali
menjadi debu.". Dalam ayat ini tidaklah dikatakan bahwa manusia ketika
mati akan kembali ke bentuk asalnya, menjadi hewan. Hewan dan manusia akan
sama-sama kembali menjadi debu, seperti dikatakan oleh pengkotbah:” karena
nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa
mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya
mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang,
karena segala sesuatu adalah sia-sia. Kedua-duanya
menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali
kepada debu. Pkh 3:19-20
·
Kelima, Adam dan Hawa diciptakan
sebagai laki-laki dan perempuan.
Jikalau
Adam dan Hawa belum menjadi manusia ketika Allah
menghembuskan nafasnya kepada mereka, maka mereka tidak akan disebut sebagai
laki-laki dan perempuan, melainkan jantan dan betina
·
Keenam, Hawa diciptakan langsung oleh Allah.
Hawa diciptakan
dari rusuk
Adam (Kej 2:21-22; 1 Kor 11:8). Jika Hawa dibentuk
langsung oleh Tuhan dari Adam, maka masuk akal pula kalau Adam dibentuk
langsung oleh Allah. Apakah mungkin laki-laki berasal dari kera sedangkan Hawa
berasal dari manusia, yakni Adam? Hal ini tidak mungkin.
·
Ketujuh, Alkitab membedakan antara daging manusia dan daging
hewan. Dalam 1
Kor 15:39 jelas diberitahukan kepada
kita bahwa bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging
binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar