MANUSIA SEBAGAI GAMBAR DAN
RUPA ALLAH
A. Ajaran Alkitab
mengenai arti dari gambar dan rupa Allah
1. kata gambar dan rupa
dipakai adalah kata yang sinonim dan dipakai bergantian. Di dalam Kejadian
1:26, kata gambar dan rupa dipakai bersama-sama. Kejadian 1:27 , hanya memakai kata gambar
saja. Kejadian 5:1 memakai kata ”rupa”. Kejadian 5:3 memakai kata gambar dan
rupa. Kejadian 9:6 hanya memakai kata gambar.1 Kor 11:7 hanya memakai kata
gambar. Demikian juga dengan Kolose 3: 10 memakai istilah gambar. Sedangkan
kata rupa ditulis oleh Yak 3:9. Jelas bahwa kedua kata itu dipakai secara
bergantian dalam Alkitab. Kedua kata itu menunjuk kepada pengertian yang sama.
Kata rupa hanyalah tambahan untuk menunjukkan bahwa gambar itu sedemikian
serupanya dengan Allah. Arti dari segambar dan serupa Allah adalah bahwa
manusia itu sungguh-sungguh merupakan gambar Allah.
2. Arti gambar dan rupa
Allah adalah Manusia memiliki pengetahuan yang benar, kebenaran dan kesucian.
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa keadaan yang sudah jatuh ke dalam dosa akan
diperbaharui terus sehingga kembali seperti semula, yakni memiliki pengetahuan
yang benar, kebenaran dan kesucian (Kol 3:10; Ef 4:24).
3. Gambar dan rupa juga mencakup,
elemen-elemen seperti adanya intelektual, dan moral. Setelah kejatuhan, nature
intelektual dan moral itu tidaklah hilang. Setelah kejatuhan dalam dosa,
manusia masih tetap disebut gambar dan rupa Allah (Kej 9:6; 1 Kor 11:7; Yak 3:9). Jadi manusia tidaklah sepenuhnya
kehilangan gambar dan rupa Allah. Intelektual dan moral masih tersisa pada diri
manusia
4. Elemen lain dari gambar
dan rupa Allah adalah manusia memiliki roh. Allah adalah Roh, sehingga manusia
juga memiliki roh. (Kej 2:7)
5. elemen yang lain dari
gambar dan rupa Allah adalah kekekalan. 1 Tim 6:16 mengatakan bahwa hanya Allah
yang kekal. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah juga memiliki kekekalan ini.
Dalam keadaannya yang semula, sebenarya manusia tidaklah membawa benih-benih
kematian. Kematian terjadi hanya karena merupakan hukuman dosa (Kej 2:17).
Paulus mengatakan bahwa dosa membawa kematian ke dalam dunia (Rom 5:12; 1 Kor 15:20-21) dan kematian adalah upah dosa
(Rom 6:23).
6. Segambar dan serupa Allah
berarti manusia memiliki kuasa atas mahluk yang lebih rendah (Kej 1:26)
Pada saat kejatuhan, gambar
Allah pada diri manusia telah rusak
namun tidaklah hilang (Kej 9:6). Memag
setelah kejatuahan dalam dosa , manusia tidak lagi sepenuhnya serupa Allah,
seperti sebelum jatuh dalam dosa. Kemurnian moralnya telah hilang dan
karakternya yang berdosa sudah tidak mencerminkan lagi kekudusan Allah.
Kita tidak pernah lagi melihat
bagaimana itu kondisi serupa dan segambar sebelum kejatuhan dalam dosa, sampai
Kristus turun ke dalam dunia. Melalui Kristuslah kita bisa melihat kembali dan
mempelajari bagaimana itu serupa dan segambar Allah.
Gambar dan rupa Allah secara
progresif diperbaiki kembali dalam diri orang-orang yang telah ditebus oleh
Kristus. Lihat Kol 3:10; 2 Kor
3:18; Rom 8:29. Pemulihan secara lengkap gambar dan rupa
Allah dalam diri umat tebusan terjadi ketika Kristus datang kembali untuk yang
kedua kalinya. 1 Kor 15:49; 1 Yo 3:2
A. Gambar Allah adalah sebutan yang hina
Kata gambar dan rupa menyatakan bahwa status manusia
adalah status yang hina.Pada zaman perjanjian Lama, istilah ini menunjuk kepada
patung yang merupakan representasi dari manusia atau hewan. Misalnya, patung
Nebukadnesar, patung singa, dll. Ketika Alkitab mengatakan bahwa kita adalah
gambar Allah itu berarti menyatakan akan kehinaan nya kita. Walaupun kita
adalah gambar dan rupa Allah, namun kita tetap hanya sebagai gambar dan rupa. Kita bukanlah allah, kita
juga bukan pencipta. Kita hanyalah ciptaan yang merefleksikan Pencipta kita. Kehinaan
kita lebih nyata ketika Alkitab menuliskan bahwa kita di buat dari debu tanah. Pada
zaman dahulu dan juga sekarang, patung-patung dibuat dari berbagai bahan,
antara lain tanah liat, emas, perak, kayu, logam-logam berharga. Bagaimana
pandangan kita ketika sebuah patung di buat dari emas? Atau dari kayu yang
mahal? Pasti nilai patung itu kita nilai dengan harga tinggi. Namun ketika
sebuah patung dibuat dari tanah liat, maka kita menilai rendah patung itu.
Harganya pasti sangatlah murah. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah
tidaklah membuat Adam dan Hawa dari emas atau dari permata-permata yang mahal,
tetapi dari bahan yang murah, yakni dari debu tanah. (Kej 2:7). Semua manusia
sama berasal dari debu tanah. Walaupun dia seorang yang kaya, pejabat,
terhormat di maysarakat, namun asalnya tetaplah dari debu tanah. Artinya, semua
manusia itu, dari pengemis, gembel sampai presiden, dari orang yang paling
miskin sampai paling kaya, dari orang yang tidak berpendidikan sampai yang
bergelar doktor, semuanya sama hinanya, berasal dari debu tanah. Semua orang adalah rapuh dan hina bila
dibandingkan dengan Allah. Sekarang ini kita mudah sekali menyadari akan kondisi
kita yang berasal dari debu tanah. Hari ini kita ada, besok atau lusa sudah
dikremasi, atau sudah ditanam di tanah. Hidup kita cepat menguap. Namun kita
mesti ingat bahwa walaupun Adam dan Hawa pada waktu itu belum jatuh ke dalam
dosa, mereka masih manusia sempurna, belum mengenal dosa dan kematian, tetapi
mereka tetao hanyalah manusia yang berasal dari tanah liat.
Jikalau Adam dan Hawa saja hanyalah tanah liat,
ciptaan yang hina, apalagi kita. Kita adalah ciptaan yang terbatas.
Bagaimanakah penilaian saudara atas diri saudara selama ini? Perlakuan kita
atas orang lain, itu menyatakan penilaian kita atas diri kita. Ketika kita
memperlakukan orang lain lebih rendah, itu artinya kita memandang diri kita
lebih tinggi dari orang lain. Tanpa sadar, kita banyak bertindak seolah-olah
diri kita adalah allah. Kita bertindak semau kita. Padahal, kita adalah ciptaan
yang hina. Kita sama hinanya dengan orang lain. Sama hinanya dengan pembantu
pengemis, dengan si kusta, dll. Banyak percekcokan terjadi karena sikap
arogansi. Ini merupakan masalah yang terus ada dalam rumah tangga. Oleh karena itu pelru buat kita menyadari
kehinaan kita
Seringkali kita merasa diri kita amatlah penting dan hebat. Di gereja kita
menonjolkan diri. Kita menganggap bahwa gereja akan timpang tanpa kehadiran
kita. Demikian juga di rumah. Kita menganggap bahwa tanpa diri kita kehidupan
rumah tangga akan kacau. Anak-anak tidak ada yang urus atau beri nafkah. Tetapi
mitos yang menganggap diri kita hebat bahkan seperti allah, ini akan lenyap
ketika kita mati. Coba kita pikirkan, apakah dunia akan peduli jika kita mati?
Pikirkanlah hal ini. Sejumlah kecil orang mungkin akan menghadiri pemakaman
kita. Ada yang karena sungkan, ada juga yang karena memang mereka mengasihi
kita. Mereka yang mengasihi anda akan merasa kehilangan. Tetapi itu berlangsung
berapa lama? Ecc 2:16 ; 9:5 akan dilupakan. Gereja
tetap berjalan bahkan setelah meninggalnya orang yang merasa dirinya hebat
tadi. Rumah tangga tetap berjalan bahkan setelah meninggalnya ibu rumah tangga
atau kepala keluarga yang merasa dirinya hebat tadi. Bahkan masyakarat juga
berjalan seperti biasa, setelah kita mati.
Banyak orang kristen tidak takut dengan kematian, karena mereka sudah
punya jaminana hidup kekal. Tetapi coba kita tanyakan apa yang membuat mereka
takut mati? Kebanyakan menjawab, bahwa anak-anak mereka nanti tidak ada yang
urus , tidak ada yang memberikan nafkah. Secara tidak sadar kita sudah
mengangkat diri kita sebagai allah-allh kecil dan menganggap segala sesuatu
tidak bisa berjalan dengan lancar jika saya tidak ada. Padahal ini sangat
keliru. Kita hanyalah debu tanah. Bahkan selama kita hiduip, bukan kitalah yang
memelihara mereka. Allah yang memelihara mereka melalui diri kita. Kita jangan
melupakan status kita yang hina. Apakah sdr merasa diri penting di gereja? Di
rumah? Di pekerjaan? Di lingkungan? Jauhkan sikap sombong itu, karena itu tidak
sesuai dengan keadaan sdr ketika diciptakan oleh Allah, bahwa kita hanyalah
dari debu tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar