Sabtu, 06 Juni 2020

Tugas sebagai gambar dan rupa Allah (Kej 1:28).

Tugas sebagai gambar dan rupa Allah (Kej 1:28).

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

 

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

 

 

Ada dua tanggungjawab mendasar dari manusia sebagai gambar dan rupa Allah, pertama, beranakcucu. Tugas untuk beranak cucu bertujuan untuk menghasilkan gambar dan rupa Allah yang lain untuk memenuhi bumi. Kedua, perintah untuk menguasai bumi. Manusia hidup untuk beranak cucu dan menguasai bumi

 

Perintah ini sudah banyak dilupakan oleh manusia. Ketika kita ke pesta dan kemudian bertemu dengan teman lama, biasanya dia akan bertanya: bagaimana kabarnya, kerja apa? Seharusnya apa jawaban kita? Oh.pekerjaan saya adalah beranak cucu dan menguasai bumi. Bagaimana pekerjaanmu?

 

Mengapa tugas ini beranak cucu dan menguasai bumi diberikan kepada manusia? Dan apakah hubungannya dengan gambar Allah? Dengan beranak cucu dan menaklukkan bumi, maka kita sedang memperluas otoritas Raja semesta alam. Allah memenuhi bumi ini dengan hadiatNya melalui gambar-gambar Allah (manusia) yang berkuasa di seluruh dunia . Hal ini lebih jelas kalau kita memahami kebudayaan pada waktu itu. Kerajaan di Timur Dekat Kuno sangatlah luas sampai beribu-ribu mil. Bagaimana raja pada zaman itu menegakkan otoritasnya atas kerajaan yang demikian luas itu? Mereka tidak dapat berhubungan dengan wilayah-wilayah sesering mungkin  karena jarak yang demikian jauh dan trasnportasi yang lambat. Oleh sebab itulah mereka memiliki sebuah cara untuk meneggakkan otoritas mereka. Mereka mendirikan patung-patung  kaisar di tempat-tempat strategis dalam wilayah kekuasaan mereka. Ketika rakyat melihat patung-patung kaisar ini, maka rakyat mengerti kepada siapa mereka harus setia. Mereka tahu siapa yang menguasai daerah itu. Bahkan sampai zaman modern ini pun masih ada penguasa yang memakai patung untuk menyatakan otoritasnya. Sehingga ketika presiden itu turun tahkta, maka rakyat berusaha menghancurkan patungnya. Misalnya, patung Saddam Husein, patung Stalin dan Lenin dirobohkan. Mengapa mereka berusaha merobohkan? Karena mereka telah merasakan betapa kuatnya pengaruh patung-patung itu. Patung-patung itu mengingatkan mereka siapa yang berkuasa. Itu bukanlah simbol kosong. [1]

 

Sama seperti inilah tugas manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Allah memilih menegakkan otoritasnya melalui cara-cara yang dapat dipahami manusia. Seperti raja-raja zaman dahulu memenuhi kerajaan mereka dengan patung mereka, Allah pun memerintah gambar dan rupaNya untuk memenuhi bumi. Dan seperti seorang raja memberikan otoritas kepada patungnya, demikian juga Allah memberikan otoritas kepada manusia sebagai gambarNya untuk bertahta di atas bumi.  Oleh sebab itulah Allah memerintahkan dua tugas sebagai gambar dan rupa Allah, yakni memperbanyak gambar Allah di bumi dan menguasai bumi.

 

1.     Beranak cucu

 

Pekerjaan kita untuk beranak cucu adalah tugas secara fisik dan spiritual. Secara fisik berarti melahirkan anak dan membesarkannya. Tujuannya jelas, agar gambar dan rupa Allah semakin bertambah di bumi ini untuk menyatakan kekuasaan Tuhan atas bumi ini. Allah merancang manusia untuk memiliki anak. Jika ada keluarga yang tidak mau punya anak, maka keluarga itu tidak menjalani hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah. Melahirkan anak merupakan dimensi penting dari kehidupan manusia. Namun tentunya bukan juga berarti bahwa kita memiliki anak sebanyak mungkin. Karena pekerjaan melipatgandakan gambar dan rupa Allah bukan hanya sekedar masalah fisik, tetapi juga spiritual. Anak-anak yang sudah dilahirkan juga harus dibina agar gambar dan rupa Allah yang sudah rusak karena dosa,  diperbaiki. Bila orang tua sanggup memelihara anak sampai 10 dan sanggup membimbingnya untuk dirubahkan semakin serupa dan segambar Allah, maka tidak ada salahnya dia melahirkan sampai 10 anak. Oleh karena itu, berapa jumlah anak diputuskan oleh keluarga yang bersangkutan dengan hikmat yang dari Tuhan.

Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak menikah dan tidak dapat memiliki keturunan.  Seseorang yang tidak menikah atau yang sudah menikah dan tidak dapat memiliki anak, tetap dapat melakukan tugas pelipatgandaan ini. Pelipatgandaan gambar dan rupa Allah dapat dilakukan secara rohani. Paulus memanggil Timotius dan titus sebagai anakku yang sah. 1 Tim 1:2;  Titus 1:4. Demikian juga kita dapat menjangkau orang lain yang belum percaya kepada Kristus dan menjadi ayah dan ibu rohani bagi mereka. Melalui kita, gambar dan rupa Allah dalam diri mereka diperbaiki dan disempurnakan.

Memang banyak orang berpandangan keliru dan menganggap bahwa status tidak menikah merupakan sebuah status yang tidak normal. Padahal Alkitab tidaklah melihat mereka yang single sebagai masyarakat kelas 2. Tuhan Yesus tidaklah menikah. Paulus juga memberikan perintah kepada mereka yang belum menikah dan para janda agar tetap tinggal dalam keadaan mereka sebagai orang-orang yang single. ( 1 Kor 7:7,8). Mereka yang sudah menikah tetap tinggal dalam kondisi itu, sedangkan mereka yang single, tidak perlu mengusahakana pernikahan (1 Kor 7: 39-40). Paulus mendasarkan nasehatnya berdasarkan alasan praktis. Mereka yang menikah harus menyenangkan pasangannya, sehingga perhatiannya terbagi antara untuk pasangannya dan untuk Tuhan. Sementara mereka yang tidak menikah, dapat mengfokuskan dirinya sepenuhnya untuk menyenngkan hati Tuhan (32-35). Paulus memberikana nasehat pada saat itu, agar mereka yang belum menikah tidak perlu mengusahakan pernikahan karena situasi pada zaman itu. Sehingga tentunya hal ini tidk bisa di generalisasi dengan semua kondisi dan zaman. Namun dengan kalimat ini, bago Paulus, ternyata single itu  bukanlah sesuatu yang salah atau lebih inferior daripada mereka yang menikah. .  

 

2.     menaklukkan bumi.

Pekerjaan untuk menaklukkan bumi tentunya bukan hanya dibatasi dengan bertani. Apapun pekerjaan kita, sudah termasuk ke dalam menaklukkan bumi. Pekerjaan itu diberikan oleh Allah dan dilakukan untuk kemuliaan Allah. Sehingga Paulus mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kol 3:23)

 

 

Yohannis Trisfant, MTh


[1] Richard L. Pratt design for dignity (Jakarta: momentum 2002) 31


Tidak ada komentar:

Posting Komentar