Tugas sebagai gambar dan rupa
Allah (Kej 1:28).
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."
Ada dua tanggungjawab mendasar dari manusia sebagai
gambar dan rupa Allah, pertama, beranakcucu. Tugas untuk beranak cucu bertujuan
untuk menghasilkan gambar dan rupa Allah yang lain untuk memenuhi bumi. Kedua,
perintah untuk menguasai bumi. Manusia hidup untuk beranak cucu dan menguasai
bumi
Perintah ini sudah banyak dilupakan oleh manusia. Ketika
kita ke pesta dan kemudian bertemu dengan teman lama, biasanya dia akan
bertanya: bagaimana kabarnya, kerja apa? Seharusnya apa jawaban kita? Oh.pekerjaan
saya adalah beranak cucu dan menguasai bumi. Bagaimana pekerjaanmu?
Mengapa tugas ini beranak cucu dan menguasai bumi
diberikan kepada manusia? Dan apakah hubungannya dengan gambar Allah? Dengan
beranak cucu dan menaklukkan bumi, maka kita sedang memperluas otoritas Raja
semesta alam. Allah memenuhi bumi ini dengan hadiatNya melalui gambar-gambar
Allah (manusia) yang berkuasa di seluruh dunia . Hal ini lebih jelas kalau kita
memahami kebudayaan pada waktu itu. Kerajaan di Timur Dekat Kuno sangatlah luas
sampai beribu-ribu mil. Bagaimana raja pada zaman itu menegakkan otoritasnya
atas kerajaan yang demikian luas itu? Mereka tidak dapat berhubungan dengan
wilayah-wilayah sesering mungkin karena
jarak yang demikian jauh dan trasnportasi yang lambat. Oleh sebab itulah mereka
memiliki sebuah cara untuk meneggakkan otoritas mereka. Mereka mendirikan
patung-patung kaisar di tempat-tempat
strategis dalam wilayah kekuasaan mereka. Ketika rakyat melihat patung-patung
kaisar ini, maka rakyat mengerti kepada siapa mereka harus setia. Mereka tahu
siapa yang menguasai daerah itu. Bahkan sampai zaman modern ini pun masih ada
penguasa yang memakai patung untuk menyatakan otoritasnya. Sehingga ketika
presiden itu turun tahkta, maka rakyat berusaha menghancurkan patungnya.
Misalnya, patung Saddam Husein, patung Stalin dan Lenin dirobohkan. Mengapa
mereka berusaha merobohkan? Karena mereka telah merasakan betapa kuatnya
pengaruh patung-patung itu. Patung-patung itu mengingatkan mereka siapa yang
berkuasa. Itu bukanlah simbol kosong. [1]
Sama seperti inilah tugas manusia sebagai gambar
dan rupa Allah. Allah memilih menegakkan otoritasnya melalui cara-cara yang
dapat dipahami manusia. Seperti raja-raja zaman dahulu memenuhi kerajaan mereka
dengan patung mereka, Allah pun memerintah gambar dan rupaNya untuk memenuhi
bumi. Dan seperti seorang raja memberikan otoritas kepada patungnya, demikian
juga Allah memberikan otoritas kepada manusia sebagai gambarNya untuk bertahta
di atas bumi. Oleh sebab itulah Allah
memerintahkan dua tugas sebagai gambar dan rupa Allah, yakni memperbanyak
gambar Allah di bumi dan menguasai bumi.
1. Beranak cucu
Pekerjaan
kita untuk beranak cucu adalah tugas secara fisik dan spiritual. Secara fisik
berarti melahirkan anak dan membesarkannya. Tujuannya jelas, agar gambar dan
rupa Allah semakin bertambah di bumi ini untuk menyatakan kekuasaan Tuhan atas
bumi ini. Allah merancang manusia untuk memiliki anak. Jika ada keluarga yang
tidak mau punya anak, maka keluarga itu tidak menjalani hidup seperti yang
dikehendaki oleh Allah. Melahirkan anak merupakan dimensi penting dari
kehidupan manusia. Namun tentunya bukan juga berarti bahwa kita memiliki anak
sebanyak mungkin. Karena pekerjaan melipatgandakan gambar dan rupa Allah bukan
hanya sekedar masalah fisik, tetapi juga spiritual. Anak-anak yang sudah
dilahirkan juga harus dibina agar gambar dan rupa Allah yang sudah rusak karena
dosa, diperbaiki. Bila orang tua sanggup
memelihara anak sampai 10 dan sanggup membimbingnya untuk dirubahkan semakin
serupa dan segambar Allah, maka tidak ada salahnya dia melahirkan sampai 10
anak. Oleh karena itu, berapa jumlah anak diputuskan oleh keluarga yang
bersangkutan dengan hikmat yang dari Tuhan.
Lalu bagaimana
dengan mereka yang tidak menikah dan tidak dapat memiliki keturunan. Seseorang yang tidak menikah atau yang sudah
menikah dan tidak dapat memiliki anak, tetap dapat melakukan tugas
pelipatgandaan ini. Pelipatgandaan gambar dan rupa Allah dapat dilakukan secara
rohani. Paulus memanggil Timotius dan titus sebagai anakku yang sah. 1 Tim
1:2; Titus 1:4. Demikian juga kita dapat
menjangkau orang lain yang belum percaya kepada Kristus dan menjadi ayah dan
ibu rohani bagi mereka. Melalui kita, gambar dan rupa Allah dalam diri mereka
diperbaiki dan disempurnakan.
Memang banyak orang berpandangan
keliru dan menganggap bahwa status tidak menikah merupakan sebuah status yang
tidak normal. Padahal Alkitab tidaklah melihat mereka yang single sebagai
masyarakat kelas 2. Tuhan Yesus tidaklah menikah. Paulus juga memberikan
perintah kepada mereka yang belum menikah dan para janda agar tetap tinggal
dalam keadaan mereka sebagai orang-orang yang single. ( 1 Kor 7:7,8). Mereka
yang sudah menikah tetap tinggal dalam kondisi itu, sedangkan mereka yang
single, tidak perlu mengusahakana pernikahan (1 Kor 7: 39-40). Paulus
mendasarkan nasehatnya berdasarkan alasan praktis. Mereka yang menikah harus
menyenangkan pasangannya, sehingga perhatiannya terbagi antara untuk
pasangannya dan untuk Tuhan. Sementara mereka yang tidak menikah, dapat
mengfokuskan dirinya sepenuhnya untuk menyenngkan hati Tuhan (32-35). Paulus
memberikana nasehat pada saat itu, agar mereka yang belum menikah tidak perlu
mengusahakan pernikahan karena situasi pada zaman itu. Sehingga tentunya hal ini
tidk bisa di generalisasi dengan semua kondisi dan zaman. Namun dengan kalimat
ini, bago Paulus, ternyata single itu
bukanlah sesuatu yang salah atau lebih inferior daripada mereka yang
menikah. .
2. menaklukkan bumi.
Pekerjaan
untuk menaklukkan bumi tentunya bukan hanya dibatasi dengan bertani. Apapun
pekerjaan kita, sudah termasuk ke dalam menaklukkan bumi. Pekerjaan itu
diberikan oleh Allah dan dilakukan untuk kemuliaan Allah. Sehingga Paulus
mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan kita lakukan dengan segenap hati
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kol 3:23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar