Sabtu, 06 Juni 2020

Gambar Allah adalah sebutan yang mulia

A.   Gambar Allah adalah sebutan yang mulia

 

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

 

Manusia dicipakan segambar dan serupa Allah. Ini merupakan sebutan yang mulia. Allah tidak menjadikan Adam dan Hawa serupa dengan batu, pohon, atau binatang. Ketika Allah merancang manusia, Allah tidak merancangnya biasa-biasa saja. Allah demikian ebrhati-hati membentuknya supaya manusia menjadi serupa dan segambar Allah. Allah menciptakan manusia memuliki kemuliaan dan nilai yang tiada bandingnya. Hal ini tentunya bertentangan dengan pandangan umum pada waktu itu. Kita Kejadian dituliskan oleh Musa pada masa Israel sedang berada dalam perbudakan. Pada zaman itu, hanya raja yang berhak mengklaim dirinya adalah gambar dan rupa dewa. Rakyat sama sekali tidak berarti . Kepercayaan inilah yang menjadi latar belakang penderitaan rakyat Israel pada masa itu. Firaun merasa dirinya berhak menindas israel, karena dirinya merasda mewakili otoritas ilahi di muka bumi, dialah yang segambar dan serupa dewa, sedangkan israel tidak memiliki harkat dan tidak layak mendapatkan hormat.

 

Kata-kata Musa dalam kitab kejadian tentu langsung menentang dusta ini. Musa dengan berani menuliskan bahwa semua manusia adalah gambar dan rupa Allah yang agung. Setiap keturunan Adam memiliki status yang terhormat. Allah memberikan status terhormat bukan hanya kepada sebagian orang, tetapi kepada semua manusia.

 

Gambaran Alitab mengenai kemuliaan seluruh manusia juga sehrusnya mempengaruhi cara kita memandang manusia saat ini. Mereka yang bekerja sebagai pembantu, pengemis di jalan  pun adalag gambar dan rupa Allah. Itulah sebabnya, Musa memberikan perintah agar melindungi anak yatim, janda dan orang asing (Ul 14:29;  24:19-21), karena mereka adalah gambar Allah. Menganiaya orang lain sangatlah bertentangan dengan pandangan Allah mengenai manusia. Jadi semua orang harus diperlakukan dengan hormat oleh karena semua orang adalah gambar dan rupa Allah yang tidak kelihatan.

 

Jadi disini ada dua hal yang harus kita miliki sesuai dengan pemahaman bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa Allah.

 

Pertama, kita harus memahami diri kita sebagaimana seharusnya. Nilai kita tidak terletak pada keadaan lahiriah kita, pada apa yang kita miliki, baik itu uang, kedudukan. Nilai kita terletak pada apa yang Alkitab katakan mengenai diri kita, yakni kita segambar dan serupa Allah. Tidak peduli apa yang orang lain katakan, kita itu berharga karena kita merupakan merupakan gambar dan rupa Allah. Apakah kita kaya, atau miskin, menarik atau tidak menarik, punya jabatan atau tidak, kita adalah potret Allah. Banyak orang kristen lupa akan harkat mereka yang agung ini. Mereka hanya melihat kegagalannya, kebodohannya, kehinaannya dan akhirnya menjatuhkan harga diri mereka sendiri. Banyakn harga diri kita dijatuhkan bukan oleh orang lain, tetapi oleh diri kita sendiri, yang tidak memahami siapa diri kita ang sesungguhnya. Bagaimana mungkin kita bisa maksimal berprestasi dalam hidup kalau kita selalu salah menilai diri?

 

Cobalah kita berkaca. Ingatlah bahwa apa yang nampak di kaca itu, walaupun tidak sempurna, adalah gambar dan rupa dari keagungan Allah. Di mata Allah, kita sama pentingnya dengan raja manapun dan sama bernilainya dengan semua bangsawan yang pernah ada di muka bumi ini. Bersukacitalah atas kemuliaan yang Allah berikan buat saudara.

 

 

Kedua, Pemahaman ini mengajar kita bagaimana memperlakukan orang lain. Janganlah kita mengukur orang berdasarkan hartanya, pendidikannya, wajahnya yang cantik, karirnya. Itu tidak boleh menjadi standard kita. Jangan sampai mengukur bahwa sebagian orang lebih berharga daripada yang lainnya. Standar kita adalah ukurlah orang lain seusai dengan yang dikatakan Alkitab bahwa mereka adalah segambar dan serupa Allah.

Cobalah salaman dengan teman disamping, dan tatap beberapa saat dengan tatapan bahwa dia itu gambar dan rupa Allah.

Dunia ini akan berbeda kalau kita hidup sesuai dengan kebenaran ini. Ketegangan dalam keluarga akan berakhir, tidak perlu ada perceraian dalam rumah tangga, demikian juga tidak perlu ada penganiayaan anak, dll. Jika kita memandang sekeliling kita sebagaimana Allah merancang kita, maka dunia ini akan benar-benar menjadi tempat yang berbeda. Saya kira tidak ada tempat yang merupakan tempat yang tidak nyaman lagi. Keluarga, pekerjaan , pasti akan menjadi tempat yang nyaman buat kita

 

Ketika kita menjalankan kendaraan di jalan raya, kemudian sebuah angkot berhenti di depan kita tanpa peduli dengan mobil atau motor yang ada dibelakangnya, apakah yang saudara akan katakan? Cobalah katakan, dia adalah gambar dan rupa Allah. Saya tidak boleh memaki-maki dia dalam hati ataupun di mulut.

 

Kalau kita menghina gambar Allah, itu sama saja kita menghina dan mempermalukan

Allah.  Di Indonesia, kalau gambar dari SBY, dihina dan dinjak-injak, maka akan

ditangkap. Mengapa? Karena menginjak dan menghian, mempermalukan gambarnya

SBY sama saja dengan mempermalukan SBY, dan itu berarti sama saja dengan

mempermalukan kepala negara, mempermalukan bangsa Indonesia. Karena Sby

merupakan wakil dari mempresentasikan negara kita. Sama halnya , ketika sdr

mempermalukan, menghina gambar dan rupa Allah, itu sama saja mempermalukan dan

menghina Allah sendiri. Ketika kita dengan tidak adil menyerang ciptaan yang serupa

dengan Nya , itu berarti kita pun menyerang Allah. Yakobus menekankan point ini. am

3:9  Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk

manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, Jam 3:10  dari mulut yang satu keluar

berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

 

Jadi orang tua sedang mempermalukan Allah ketika mereka memperlakukan anak-anak mereka dengan keji. Anak-anak sedang tidak menghormati sang Pencipta nya ketika mereka memberontak kepada melawan orang tuany. Para suami dan istri sedang menganaiaya Allah ketika mereka saling menganiaya.

 

Yohannis Trisfant, MTh

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar