A.
Gambar Allah adalah sebutan yang mulia
Manusia dicipakan segambar dan serupa Allah. Ini merupakan sebutan
yang mulia. Allah tidak menjadikan Adam dan Hawa serupa dengan batu, pohon,
atau binatang. Ketika Allah merancang manusia, Allah tidak merancangnya
biasa-biasa saja. Allah demikian ebrhati-hati membentuknya supaya manusia
menjadi serupa dan segambar Allah. Allah menciptakan manusia memuliki kemuliaan
dan nilai yang tiada bandingnya. Hal
ini tentunya bertentangan dengan pandangan umum pada waktu itu. Kita Kejadian dituliskan
oleh Musa pada masa Israel sedang berada dalam perbudakan. Pada zaman itu,
hanya raja yang berhak mengklaim dirinya adalah gambar dan rupa dewa. Rakyat
sama sekali tidak berarti . Kepercayaan inilah yang menjadi latar belakang
penderitaan rakyat Israel pada masa itu. Firaun merasa dirinya berhak menindas
israel, karena dirinya merasda mewakili otoritas ilahi di muka bumi, dialah
yang segambar dan serupa dewa, sedangkan israel tidak memiliki harkat dan tidak
layak mendapatkan hormat.
Kata-kata Musa dalam kitab kejadian tentu langsung
menentang dusta ini. Musa dengan berani menuliskan bahwa semua manusia adalah
gambar dan rupa Allah yang agung. Setiap keturunan Adam memiliki status yang
terhormat. Allah memberikan status terhormat bukan hanya kepada sebagian orang,
tetapi kepada semua manusia.
Gambaran Alitab mengenai kemuliaan seluruh manusia
juga sehrusnya mempengaruhi cara kita memandang manusia saat ini. Mereka yang
bekerja sebagai pembantu, pengemis di jalan
pun adalag gambar dan rupa Allah. Itulah sebabnya, Musa memberikan
perintah agar melindungi anak yatim, janda dan orang asing (Ul 14:29; 24:19-21), karena mereka adalah gambar Allah.
Menganiaya orang lain
sangatlah bertentangan dengan pandangan Allah mengenai manusia. Jadi semua orang
harus diperlakukan dengan hormat oleh karena semua orang adalah gambar dan rupa
Allah yang tidak kelihatan.
Jadi disini ada dua hal yang harus kita miliki sesuai
dengan pemahaman bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa Allah.
Pertama, kita harus memahami
diri kita sebagaimana seharusnya. Nilai kita tidak terletak pada keadaan
lahiriah kita, pada apa yang kita miliki, baik itu uang, kedudukan. Nilai kita
terletak pada apa yang Alkitab katakan mengenai diri kita, yakni kita segambar
dan serupa Allah. Tidak peduli apa yang orang lain katakan, kita itu berharga
karena kita merupakan merupakan gambar dan rupa Allah. Apakah kita kaya, atau
miskin, menarik atau tidak menarik, punya jabatan atau tidak, kita adalah
potret Allah. Banyak orang kristen lupa akan harkat mereka yang agung ini.
Mereka hanya melihat kegagalannya, kebodohannya, kehinaannya dan akhirnya
menjatuhkan harga diri mereka sendiri. Banyakn harga diri kita dijatuhkan bukan
oleh orang lain, tetapi oleh diri kita sendiri, yang tidak memahami siapa diri
kita ang sesungguhnya. Bagaimana mungkin kita bisa maksimal berprestasi dalam
hidup kalau kita selalu salah menilai diri?
Cobalah kita berkaca. Ingatlah bahwa apa yang
nampak di kaca itu, walaupun tidak sempurna, adalah gambar dan rupa dari keagungan
Allah. Di mata Allah, kita sama pentingnya dengan raja manapun dan sama
bernilainya dengan semua bangsawan yang pernah ada di muka bumi ini.
Bersukacitalah atas kemuliaan yang Allah berikan buat saudara.
Kedua, Pemahaman ini mengajar
kita bagaimana memperlakukan orang lain. Janganlah kita mengukur orang
berdasarkan hartanya, pendidikannya, wajahnya yang cantik, karirnya. Itu tidak
boleh menjadi standard kita. Jangan sampai mengukur bahwa sebagian orang lebih
berharga daripada yang lainnya. Standar kita adalah ukurlah orang lain seusai
dengan yang dikatakan Alkitab bahwa mereka adalah segambar dan serupa Allah.
Cobalah salaman dengan teman disamping, dan tatap
beberapa saat dengan tatapan bahwa dia itu gambar dan rupa Allah.
Dunia ini akan berbeda kalau kita hidup sesuai
dengan kebenaran ini. Ketegangan dalam keluarga akan berakhir, tidak perlu ada
perceraian dalam rumah tangga, demikian juga tidak perlu ada penganiayaan anak,
dll. Jika kita memandang sekeliling kita sebagaimana Allah merancang kita, maka
dunia ini akan benar-benar menjadi tempat yang berbeda. Saya kira tidak ada
tempat yang merupakan tempat yang tidak nyaman lagi. Keluarga, pekerjaan ,
pasti akan menjadi tempat yang nyaman buat kita
Ketika kita menjalankan kendaraan di jalan raya,
kemudian sebuah angkot berhenti di depan kita tanpa peduli dengan mobil atau
motor yang ada dibelakangnya, apakah yang saudara akan katakan? Cobalah
katakan, dia adalah gambar dan rupa Allah. Saya tidak boleh memaki-maki dia
dalam hati ataupun di mulut.
Kalau kita menghina gambar Allah, itu sama saja kita menghina dan
mempermalukan
Allah. Di Indonesia, kalau gambar
dari SBY, dihina dan dinjak-injak, maka akan
ditangkap. Mengapa? Karena menginjak dan menghian, mempermalukan gambarnya
SBY sama saja dengan mempermalukan SBY, dan itu berarti sama saja dengan
mempermalukan kepala negara, mempermalukan bangsa Indonesia. Karena Sby
merupakan wakil dari mempresentasikan negara kita. Sama halnya , ketika sdr
mempermalukan, menghina gambar dan rupa Allah, itu sama saja mempermalukan
dan
menghina Allah sendiri. Ketika kita dengan tidak adil menyerang ciptaan
yang serupa
dengan Nya , itu berarti kita pun menyerang Allah. Yakobus menekankan point
ini. am
3:9 Dengan lidah kita
memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk
manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, Jam
3:10 dari mulut yang satu keluar
berkat dan kutuk. Hal ini,
saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
Jadi orang tua sedang mempermalukan Allah ketika
mereka memperlakukan anak-anak mereka dengan keji. Anak-anak sedang tidak
menghormati sang Pencipta nya ketika mereka memberontak kepada melawan orang
tuany. Para suami dan istri sedang menganaiaya Allah ketika mereka saling
menganiaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar