Sabtu, 06 Juni 2020

BAGIAN NON MATERI DARI MANUSIA: JIWA

B. BAGIAN NON MATERI DARI MANUSIA: JIWA

 

1.     Susunan kejiwaan.

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

Manusia memiliki struktur yang terdiri dari materi dan non materi. Bagian materi disebut tubuh sedangkan non materi disebut jiwa dan roh. Persoalannya sekarang adalah, apakah manusia hanya rangkap dua, ataukah rangkap tiga? Apakah jiwa dan roh itu sama ataukah berbeda substansi? Mereka yang beranggapan bahwa jiwa dan roh itu sama atau satu substansi disebut berpandangan dikotomi, sedangkan mereka yang berpendapat bahwa jiwa dan roh itu berbeda substansi disebut berpandangan trikotomi. Golongan dikotomi dan trikotomi sama-sama mengakui adanya perbedaan jiwa dan roh. Golongan dikotomi menganggap perbedaan jiwa dan roh hanyalah perbedaaan fungsi bukan substansi sedangkan golongan trikotomi menganggap jiwa dan roh berbeda dalam fungsi maupun substansi.[1] Pada umumnya, gereja-gereja di Timur percaya bahwa manusia adalah trikotomi, sedangkan gereja-gereja di Barat, memegang posisi dikotomi.[2]

 

a.      Teori dikotomi. Dikotomi berasal dari kata yunani dicha dan temno. Dicha

berarti dua sedangkan temno artinya memotong. Jadi manusia adalah keberadaan yang terdiri atas dua bagian, tubuh dan jiwa. Bagian non materi adalah jiwa atau roh dimana keduanya tetap satu substansi dengan fungsi yang berbeda. Fungsi dari roh adalah berhubungan dengan elemen spiritual dalam diri manusia (Yes 38:16; Kis 11:5; 1 Kor 14:15), sedangkan fungsi jiwa berhubungan dengan perasaan dalam diri manusia. (Ayub 10:1; Mzm 42:4,5; Luk 12:19; Kis 2:26)[3] Strong mengungkapkan ini dengan jelas. Strong mengatakan bahwa jiwa (psuche) adalah kehidupan individual dan sadar, yang mampu menggerakkan organisme fisik sedangkan roh (pneuma) adalah unsur rasional dan moral yang peka terhadap pengaruh dan penguasaan ilahi. Roh (Pneuma) adalah sifat manusia yang senantiasa mengarah kepada Allah, sedangkan psuche adalah sifat manusia yang mengarah ke bumi dan menyentuh dunia indra. Pneuma adalah bagian yang lebih luhur dari manusia karena berhubungan dengan berbagai realitas rohani atau mampu berhubungan secara rohani. Walaupun psuche dan pneuma berbeda fungsi dan kemampuan, namun keduanya tetap satu substansi atau satu kesatuan hakekat. Ketika tubuh mati, jiwa tidaklah mati. Jiwa dan roh tetap hidup dalam satu substansi. Jadi manusia itu hanya terbagi atas dua bagian, yakni tubuh, jiwa/roh (satu substansi). Memang fungsi jiwa dan roh tidaklah bisa dibuat pemisahan yang tegas dan jelas, karena dalam bagian lain di Alkitab, jiwa juga melakukan apa yang dilakukan oleh roh, misalnya menyembah Allah dan aktivitas-aktivitas rohani lainnya. (Mzm 62:1; 103:1; 146:1; Luk 1:46; 1 Sam 1:15; Ul 6:5; Mzm 42:1,2; Mzm 42:5; Mzm 35:9; Mzm 119:20; 119:167). Demikian juga roh melakukan ativitas-aktivitas yang dilakukan oleh jiwa, misalnya merasa sedih, berpikir (Kis 17:16; Yoh 13:21; Mrk 2:8). Dukungan Alkitab untuk pandangan dikotomi ini adalah:

(1) Allah menghembuskan ke dalam diri manusia hanya satu, yaitu jiwa yang hidup (Kej 2:7).

 

(2) Istilah jiwa dan roh seringkali dipakai secara bergantian, baik itu dalam hubungan  dengan perasaan maupun dalam hubungan dengan Allah.

o   Pada waktu pagi gelisahlah hatinya (ruach), lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya. (Kej 41:8)

o   Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. (Mzm 42:6)

 

o   Sekarang jiwa-Ku (psuche) terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.Yoh 12:27

o   Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.[4] (Yoh 13;21)

 

Disini nampak bahwa fungsi jiwa yang berhubungan dengan perasaan dalam diri manusia juga dilakukan oleh roh yang seharusnya hanya berhubungan dengan Allah. Jiwa dan roh sama-sama merasa gelisah, demikian juga jiwa dan roh sama-sama terharu. Apakah kesimpulan kita? Para penulis Alkitab tidak membedakan secara tajam antara jiwa dan roh. Jiwa hanyalah sebuah istilah lain untuk roh, dan roh adalah istilah lain untuk jiwa, sehingga dipakainya secara bergantian, baik itu dalam hal hubungan dengan perasaan maupun dalam hubungan dengan Allah.

 

o   sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:28)

o   Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya (pneuma). (Mat 27:50)

 

Yesus menyerahkan nyawanya atau rohNya? Apakah ada dua macam yang Tuhan Yesus serahkan? Jika ada dua macam, maka tentu penulis Alkitab akan mengatakan, bahwa Dia akan menyerahkan nyawa dan rohNya. Lalu bagaimana dengan konsep trikotomi yang mengatakan bahwa jiwa manusia akan mati dan roh kekal. Contoh yang lain adalah, ketika Stefanus mati, dia menyerahkan rohnya (Kis 7:59), dan ketika Rahel mati, dikatakan bahwa jiwanya berangkat (Kej 35:18), bukan mati. Bukankah ini menunjukkan bahwa istilah jiwa dan roh sebenarnya dua hal yang sama esensinya. Istilah itu hanya dipakai secara bergantian oleh penulis-penulis Alkitab untuk menyatakan bahwa orang itu mati dan rohnya/jiwanya kembali kepada Allah.

 

(3) Baik manusia maupun binatang, memiliki roh atau jiwa. (Pkh 3:21; Why 16:3). Roh dan jiwa juga dipakai bergantian untuk binatang. Alkitab tidaklah membedakan antara roh dan jiwa, bahkan pada diri binatangpun hal itu tidak dibedakan. Pasti ada perbedaan antara roh manusia dengan binatang. Manusia segambar dan serupa Allah sedangkan binatang tidak segambar dan serupa Allah. Binatang diciptakan menurut jenisnya bukan menurut gambar dan rupa Allah.(Kej 1:24,27).  Hal ini berarti ada kekekalan dalam roh manusia dan tidak ada kekekalan dan sifat yang rasional dalam diri binatang.

 

(4) Manusia utuhnya hanya terdiri dari tubuh dan jiwa.  Tubuh dan jiwa disebut sebagai kesatuan dari seluruh pribadi manusia (Mat 16:26).Yohanes juga hanya menyebutkan tubuh dan jiwa. Manusia yang kehilangan jiwa berartu kehilangan seluruhnya (Mat 16:26). Kalau jiwa dan roh terpisah, maka ketika manusia kehilangan jiwa, dia tidak kehilangan seluruhnya, dia masih memiliki roh.

(5) Manusia mampu menyadari bahwa dirinya terdiri atas tubuh dan roh (jiwa), tetapi apakah manusia mampu menyadari kalau dirinya terdiri atas tiga unsur, yakni tubuh, jiwa dan roh?

 

b. Teori trikotomi. Trikotomi berasal dari kata Yunani tricha (tiga) dan temno (memotong). Jadi  manusia terdiri atas tiga unsur yakni tubuh, jiwa dan roh. Tubuh merupakan bagian yang jasmaniah dari manusia sedangkan jiwa merupakan prinsip hewani di dalam diri manusia. Roh adalah prinsip kehidupan rasional. Pada saat kematian tubuh kembali menjadi debu sedangkan jiwa tidak ada lagi dan hanya roh yang tinggal untuk disatukan kembali dengan tubuh kebangkitan. Jiwa dan roh berbeda dalam fungsi maupun substansinya. Dasar Alkitab yang dipakai oleh teori trikotomi adalah

(1) Kata Ibrani untuk nafas hidup pada Kejadian 2:7 memakai bentuk jamak. Pada saat penciptaan dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup (hidup) ke dalam hidungnya. Hal ini menunjukkan bahwa bagian non materi dari manusia itu bersifat jamak.  Namun bagian ini kurang eksplisit menyatakan manusia terdiri atas tiga bagian.

 

 (2) 1 Tesalonika 5;23,” Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Paulus menekankan pandangan trikotomi dimana Paulus rindu terjadinya pengudusan tiga pribadi.

Sebenarnya, ketika Paulus menyebutkan kata roh, jiwa dan tubuh, hal itu bukan berarti Paulus bermaksud membedakan roh dan jiwa. Ini merupakan sebuah bahasa penekanan dengan memakai sinonim. Contohnya adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan,”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (Mrk 12:30). Apakah ini berarti Tuhan Yesus membagi diri manusia menjadi empat bagian yang terdiri dari hati, jiwa, akal budi dan kekuatan?. Jikalau kita cara penafsiran trikotomi ini, maka kita akan membagi manusia menjadi empat bahkan menjadi lima bagian termasuk tubuhnya. Tetapi maksud Tuhan Yesus bukanlah untuk mengajarkan pembagian diri manusia. Sebutan keempat hal itu hanyalah untuk memberikan penekanan terhadap point utama, untuk mengasihi Allah. Tuhan Yesus hanya mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan kita. Jadi sebutan roh, jiwa tubuh dalam 1 tesalonika 5:23 hanyalah merupakan penekanan, dimana Paulus menekankan supaya jemaat dikuduskan dalam seluruh keberadaan mereka. Paulus sendiri tidaklah memiliki pandangan trikotomi, tetapin dikotomi. Perhatikanlah pandangan Paulus mengenai dikotomi dalam nats-nats berikut

 

”Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran” (Rom 8:10).

 

”orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan”(1 Kor 5:5).

 

”dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya”(1 Kor 7:34).

 

“Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus”(Kol 2:5).

 

(3) Ibrani 4:12,”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Penganut paham trikotomi menyatakan bahwa natas ini memisahkani jiwa dan roh. Ini berarti manusia terbagi atas tiga bagian, yakni tubuh, jiwa dan roh.

Pandangan ini tidak bisa diterima karena nats ini merupakan sebuah metafora, dimana pedang digambarkan sebagai pedang, yang menyatakan betapa tajamnya firman Tuhan itu. Jikalau nats ini diartikan secara hurufiah, Firman Allah itu memisahkan jiwa dan roh, maka bisa diambil kesimpulan bahwa jiwa dan roh itu satu hakekat, mengapa? Karena sesuatu yang sudah terpisah tidak perlu dipisahkan lagi, namun sesuatu yang menyatulah yang bisa dipisahkan. Roh dan jiwa itu satu, kemudian dipisahkan oleh firman Allah. Hal ini akan menimbulkan beberapa pertanyaan, pertama, sebelum seseorang menerima firman Allah apakah itu berarti roh dan jiwanya satu (dikotomi)?dan setelah menerima firman Allah, apakah kemudian dia menjadi trikotomi? Mereka yang belum percaya kepada Tuhan berarti dikotomi, dimana jiwa dan rohnya satu. Ini berarti manusia sebagai ciptaan Tuhan tidaklah sama struktur kejiwaannya. Padahal seharusnya sama, karena Allah menciptakan manusia segambar dan serupa Allah.

 

(4). 1 Korintus 2:14-3:4. membicarakan mengenai bermacam-macam manusia, yakni manusia daging (sarkikos 1 Kor 3:1), manusia duniawi (psuchikos 1 Kor 2:15), manusia rohani (pneumatikos, 1 Kor 2:15). Bukankah ini menunjukkan bahwa ada bermacam macam orang, yakni non kristen yang disebut manusia daging, orang kristen yang tidak rohani yang mengikuti keinginan jiwanya dan orang kristen dewasa yang mengikuti keinginan rohnya? Hal ini berarti roh dan jiwa adalah elemen yang berbeda dalam natur manusia. 

Namun pada bagian ini Paulus  sedang membicarakan tentang hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus, bukan membicarakan tentang pembagian jiwa dan roh. Sebutan Paulus mengenai manusia rohani (1 Kor 2:15), manusia duniawi (1 Kor 2:15) dan manusia daging (1 Kor 3:1) tidaklah mewakili dengan jelas pembagian manusia menjadi roh dan jiwa. Manusia daging , manusia duniawi, manusia rohani adalah pribadi-pribadi berbeda yang tidak dijelaskan oleh Paulus bahwa mereka masing-masing memiliki jiwa dan roh yang terpisah.

 

(5). 1 Korintus 14:14 “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.”Hal ini menyatakan bahwa roh dan pikiran berbeda dan ini mendukung pandangan trikotomi bahwa pikiran atau akal budi itu adalah bagian dari jiwa manusia dan bukan bagian dari roh.

          Argumentasi ini baru bisa diterima, kalau bisa dibuktikan bahwa Alkitab mengnggap pikiran adalah bagian dari jiwa. Pada bagian sebelumnya, dari beberapa nats, kita ketahui bahwa bagian pikiran dan perasaan tidak selalu merupakan bagian dari jiwa (Kis 17:16; Yoh 13:21; Mrk 2:8), seringkali itu juga bagian dari roh dan tubuh secara keseluruhan. Maksud Paulus dengan mengatakan hal ini adalah bahwa dia tidak mengerti apa yang dia ucapkan dalam doa, karena dia berdoa dengan bahasa roh, sehingga pikirannya tidaklah turut bekerja. Hal ini berarti bahwa roh kita tetap dapat berhubungan dengan Allah walaupun kita sudah tidak memiliki kesadaran secara fisik. Roh dapat berdoa tanpa memakai kata-kata yang tersusun oleh pikiran kita.

 

(6). Argumentasi dari pengalaman pribadi. Banyak penganut trikotomi mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan spiritual, yakni sebuah kesadaran spiritual terhadap kehadiran Allah, dimana ini membuat mereka bisa membedakan antara pikiran dan emosi. Jika tidak ada roh, lalu mengapa saya bisa membedakan antara pikiran dan emosi saya.

          Roh atau jiwa kita memang bisa membedakan antara pikiran dan emosi jiwa kita. Hal ini bukan berarti roh dan jiwa terpisah dalam substansinya.

 

(7). Roh manusialah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Manusia dan binatang memiliki jiwa, namun pada binatang tidak ada roh sedangkan manusia memilikii roh. Roh manusialah yang membuat manusia berbeda dari binatang. 

          Memang, manusia berbeda dari binatang dalam hal non materi. Namun perbedaannya bukan seperti pandangan trikotomi, dimana manusia memiliki jiwa dan roh sedangkan binatang hanya memiliki jiwa yang dapat mati. Baik manusia maupun binatang sama-sama memiliki roh atau jiwa (Pkh 3:21; Why 16:3). Pada diri binatang, terkadang dipakai istilah roh (Pkh 3:21), terkadang istilah jiwa (Why 16:3) dan terkadang istilah nephesh.(Kej 1:21; 9:4). Tentunya ada perbedaan antara jiwa binatang dan jiwa manusia. Jiwa binatang hanyalah semacam kehidupan tanpa ada kekekalan di dalamnya, berbeda dengan jiwa manusia. Kata nephesh yang dipakai untuk binatang memiliki arti seperti ini.

 

 

Ada beberapa implikasi dari pemahaman trikotomi ini. Jika kita menganut paham trikotomi, akan terjadi beberapa hal

(1). Pemahaman kita bahwa jiwa dan roh berbeda substansi dan berbeda fungsi akan membuat kita mengandalkan roh semata dalam hubungan dengan Allah. Penganut paham trikotomi bisa mengabaikan studi alkitab untuk menumbuhkan kerohaniannya. Dia hanya akan mengandalkan doa untuk berhubungan dengan Allah

(2). Pemahaman trikotomi akan membuat kita tidak akan menghargai emosi kita karena menganggap tidak penting dan bukan bagian yang spiritual, karena itu hanyalah bagian dari jiwa

 

Pemahaman dikotomi akan memiliki beberapa implikasi

(1). Lebih mudah menghargai emosi, pikiran karena semuanya itu merupakan kesatuan dalam roh kita

(2). Akan mementingkan studi Alkitab dan doa dalam berhubungan dengan Allah, karena tidak ada pemisahan jiwa dan roh

(3). Pemahaman dikotomi akan mengingatkan kita untuk bertumbuh dalam segala aspek diri kita, baik itu berhubungan dengan psikologis kita maupun kerohanian kita

 

 

Yohannis Trisfant, MTh

 



[1] Paul Enns, 379

[2] Paul Enns, 378

[3] Berkhof, 30

[4] KJV John 13:21 When Jesus had thus said, he was troubled in spirit, and testified, and said, Verily, verily, I say unto you, that one of you shall betray me.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar