B. BAGIAN
NON MATERI DARI MANUSIA: JIWA
1.
Susunan kejiwaan.
Manusia memiliki struktur yang
terdiri dari materi dan non materi. Bagian materi disebut tubuh sedangkan non materi disebut jiwa dan roh. Persoalannya
sekarang adalah, apakah manusia hanya rangkap dua, ataukah rangkap tiga? Apakah
jiwa dan roh itu sama ataukah berbeda substansi? Mereka yang beranggapan bahwa
jiwa dan roh itu sama atau satu substansi disebut berpandangan dikotomi,
sedangkan mereka yang berpendapat bahwa jiwa dan roh itu berbeda substansi disebut
berpandangan trikotomi. Golongan dikotomi dan trikotomi sama-sama mengakui adanya
perbedaan jiwa dan roh. Golongan dikotomi menganggap perbedaan jiwa dan roh
hanyalah perbedaaan fungsi bukan substansi sedangkan golongan trikotomi
menganggap jiwa dan roh berbeda dalam fungsi maupun substansi.[1]
Pada umumnya, gereja-gereja di Timur percaya bahwa manusia adalah trikotomi,
sedangkan gereja-gereja di Barat, memegang posisi dikotomi.[2]
a.
Teori dikotomi. Dikotomi berasal dari
kata yunani dicha dan temno. Dicha
berarti dua sedangkan temno artinya memotong. Jadi manusia adalah keberadaan yang terdiri
atas dua bagian, tubuh dan jiwa. Bagian non materi adalah jiwa atau roh dimana
keduanya tetap satu substansi dengan fungsi yang berbeda. Fungsi dari roh
adalah berhubungan dengan elemen spiritual dalam diri manusia (Yes 38:16; Kis
11:5; 1 Kor 14:15), sedangkan fungsi jiwa berhubungan dengan perasaan dalam
diri manusia. (Ayub 10:1; Mzm 42:4,5; Luk 12:19; Kis 2:26)[3]
Strong mengungkapkan ini dengan jelas. Strong mengatakan bahwa jiwa (psuche)
adalah kehidupan individual dan sadar, yang mampu menggerakkan organisme fisik
sedangkan roh (pneuma) adalah unsur rasional dan moral yang peka terhadap
pengaruh dan penguasaan ilahi. Roh (Pneuma)
adalah sifat manusia yang senantiasa mengarah kepada Allah, sedangkan psuche adalah sifat manusia yang
mengarah ke bumi dan menyentuh dunia indra. Pneuma adalah bagian yang lebih
luhur dari manusia karena berhubungan dengan berbagai realitas rohani atau
mampu berhubungan secara rohani. Walaupun psuche
dan pneuma berbeda fungsi dan
kemampuan, namun keduanya tetap satu substansi atau satu kesatuan hakekat.
Ketika tubuh mati, jiwa tidaklah mati. Jiwa dan roh tetap hidup dalam satu
substansi. Jadi manusia itu hanya terbagi atas dua bagian, yakni tubuh, jiwa/roh
(satu substansi). Memang fungsi jiwa dan roh tidaklah bisa dibuat pemisahan
yang tegas dan jelas, karena dalam bagian lain di Alkitab, jiwa juga melakukan
apa yang dilakukan oleh roh, misalnya menyembah Allah dan aktivitas-aktivitas
rohani lainnya. (Mzm 62:1; 103:1; 146:1; Luk 1:46; 1 Sam 1:15; Ul 6:5; Mzm
42:1,2; Mzm 42:5; Mzm 35:9; Mzm 119:20; 119:167). Demikian juga roh melakukan
ativitas-aktivitas yang dilakukan oleh jiwa, misalnya merasa sedih, berpikir (Kis
17:16; Yoh 13:21; Mrk 2:8). Dukungan Alkitab untuk pandangan dikotomi ini
adalah:
(1) Allah menghembuskan ke dalam diri
manusia hanya satu, yaitu jiwa yang hidup (Kej 2:7).
(2) Istilah jiwa dan roh seringkali dipakai
secara bergantian, baik itu dalam hubungan dengan perasaan maupun dalam hubungan dengan
Allah.
o Pada waktu pagi gelisahlah hatinya (ruach), lalu disuruhnyalah
memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan
mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya
kepadanya. (Kej 41:8)
o Jiwaku tertekan dalam
diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan
pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. (Mzm 42:6)
o Sekarang jiwa-Ku (psuche) terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk
itulah Aku datang ke dalam saat ini.Yoh 12:27
o Setelah Yesus
berkata demikian Ia sangat terharu,
lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu
akan menyerahkan Aku.[4]
(Yoh 13;21)
Disini nampak bahwa fungsi jiwa yang berhubungan dengan
perasaan dalam diri manusia juga dilakukan oleh roh yang seharusnya hanya
berhubungan dengan Allah. Jiwa dan roh sama-sama merasa gelisah, demikian juga
jiwa dan roh sama-sama terharu. Apakah kesimpulan kita? Para penulis Alkitab
tidak membedakan secara tajam antara jiwa dan roh. Jiwa hanyalah sebuah istilah
lain untuk roh, dan roh adalah istilah lain untuk jiwa, sehingga dipakainya
secara bergantian, baik itu dalam hal hubungan dengan perasaan maupun dalam
hubungan dengan Allah.
o sama seperti
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang." (Mat 20:28)
o Yesus berseru
pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya
(pneuma). (Mat 27:50)
Yesus menyerahkan nyawanya atau rohNya? Apakah ada dua
macam yang Tuhan Yesus serahkan? Jika ada dua macam, maka tentu penulis Alkitab
akan mengatakan, bahwa Dia akan menyerahkan nyawa dan rohNya. Lalu bagaimana
dengan konsep trikotomi yang mengatakan bahwa jiwa manusia akan mati dan roh
kekal. Contoh yang lain adalah, ketika Stefanus mati, dia menyerahkan rohnya
(Kis 7:59), dan ketika Rahel mati, dikatakan bahwa jiwanya berangkat (Kej
35:18), bukan mati. Bukankah ini menunjukkan bahwa istilah jiwa dan roh sebenarnya
dua hal yang sama esensinya. Istilah itu hanya dipakai secara bergantian oleh
penulis-penulis Alkitab untuk menyatakan bahwa orang itu mati dan
rohnya/jiwanya kembali kepada Allah.
(3) Baik manusia maupun binatang, memiliki roh atau jiwa. (Pkh 3:21; Why 16:3). Roh dan jiwa juga
dipakai bergantian untuk binatang. Alkitab tidaklah membedakan antara roh dan
jiwa, bahkan pada diri binatangpun hal itu tidak dibedakan. Pasti ada perbedaan
antara roh manusia dengan binatang. Manusia segambar dan serupa Allah sedangkan
binatang tidak segambar dan serupa Allah. Binatang diciptakan menurut jenisnya
bukan menurut gambar dan rupa Allah.(Kej 1:24,27). Hal ini berarti ada kekekalan dalam roh
manusia dan tidak ada kekekalan dan sifat yang rasional dalam diri binatang.
(4) Manusia utuhnya hanya terdiri dari tubuh dan jiwa. Tubuh dan jiwa disebut sebagai kesatuan dari
seluruh pribadi manusia (Mat 16:26).Yohanes juga hanya menyebutkan tubuh dan
jiwa. Manusia yang kehilangan jiwa berartu kehilangan seluruhnya (Mat 16:26).
Kalau jiwa dan roh terpisah, maka ketika manusia kehilangan jiwa, dia tidak
kehilangan seluruhnya, dia masih memiliki roh.
(5) Manusia mampu menyadari bahwa dirinya terdiri atas tubuh dan roh
(jiwa), tetapi apakah manusia mampu menyadari kalau dirinya terdiri atas tiga
unsur, yakni tubuh, jiwa dan roh?
b. Teori trikotomi. Trikotomi berasal dari kata
Yunani tricha (tiga) dan temno (memotong). Jadi manusia terdiri atas tiga unsur yakni tubuh,
jiwa dan roh. Tubuh merupakan bagian yang jasmaniah dari manusia sedangkan jiwa
merupakan prinsip hewani di dalam diri manusia. Roh adalah prinsip kehidupan
rasional. Pada saat kematian tubuh kembali menjadi debu sedangkan jiwa tidak
ada lagi dan hanya roh yang tinggal untuk disatukan kembali dengan tubuh kebangkitan.
Jiwa dan roh berbeda dalam fungsi maupun substansinya. Dasar Alkitab yang
dipakai oleh teori trikotomi adalah
(1) Kata Ibrani untuk nafas hidup
pada Kejadian 2:7 memakai bentuk jamak. Pada saat penciptaan dikatakan bahwa
Allah menciptakan manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup (hidup)
ke dalam hidungnya. Hal ini menunjukkan bahwa bagian non materi dari manusia
itu bersifat jamak. Namun bagian ini
kurang eksplisit menyatakan manusia terdiri atas tiga bagian.
(2) 1 Tesalonika 5;23,” Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga
roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan
Yesus Kristus, Tuhan kita.” Paulus menekankan pandangan trikotomi dimana
Paulus rindu terjadinya pengudusan tiga pribadi.
Sebenarnya, ketika Paulus
menyebutkan kata roh, jiwa dan tubuh, hal itu bukan berarti Paulus bermaksud
membedakan roh dan jiwa. Ini merupakan sebuah bahasa penekanan dengan memakai
sinonim. Contohnya adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan,”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (Mrk
12:30). Apakah ini berarti Tuhan Yesus membagi diri manusia menjadi empat
bagian yang terdiri dari hati, jiwa, akal budi dan kekuatan?. Jikalau kita cara
penafsiran trikotomi ini, maka kita akan membagi manusia menjadi empat bahkan menjadi
lima bagian termasuk tubuhnya. Tetapi maksud Tuhan Yesus bukanlah untuk
mengajarkan pembagian diri manusia. Sebutan keempat hal itu hanyalah untuk
memberikan penekanan terhadap point utama, untuk mengasihi Allah. Tuhan Yesus
hanya mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan seluruh keberadaan
kita. Jadi sebutan roh, jiwa tubuh dalam 1 tesalonika 5:23 hanyalah merupakan
penekanan, dimana Paulus menekankan supaya jemaat dikuduskan dalam seluruh keberadaan mereka. Paulus
sendiri tidaklah memiliki pandangan trikotomi, tetapin dikotomi. Perhatikanlah
pandangan Paulus mengenai dikotomi dalam nats-nats berikut
”Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang
mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran” (Rom
8:10).
”orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus
kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari
Tuhan”(1 Kor 5:5).
”dan
dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan
anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh
dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya
pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya”(1 Kor 7:34).
“Sebab
meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku
bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan
keteguhan imanmu dalam Kristus”(Kol 2:5).
(3) Ibrani
4:12,”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita. Penganut paham
trikotomi menyatakan
bahwa natas ini memisahkani jiwa dan roh. Ini berarti manusia terbagi atas tiga
bagian, yakni tubuh, jiwa dan roh.
Pandangan ini tidak bisa diterima karena nats ini merupakan sebuah
metafora, dimana pedang digambarkan sebagai pedang, yang menyatakan betapa
tajamnya firman Tuhan itu. Jikalau nats ini diartikan secara hurufiah, Firman
Allah itu memisahkan jiwa dan roh, maka bisa diambil kesimpulan bahwa jiwa dan
roh itu satu hakekat, mengapa? Karena sesuatu yang sudah terpisah tidak perlu
dipisahkan lagi, namun sesuatu yang menyatulah yang bisa dipisahkan. Roh dan
jiwa itu satu, kemudian dipisahkan oleh firman Allah. Hal ini akan menimbulkan
beberapa pertanyaan, pertama, sebelum seseorang menerima firman Allah apakah
itu berarti roh dan jiwanya satu (dikotomi)?dan setelah menerima firman Allah,
apakah kemudian dia menjadi trikotomi? Mereka yang belum percaya kepada Tuhan
berarti dikotomi, dimana jiwa dan rohnya satu. Ini berarti manusia sebagai
ciptaan Tuhan tidaklah sama struktur kejiwaannya. Padahal seharusnya sama,
karena Allah menciptakan manusia segambar dan serupa Allah.
(4). 1 Korintus 2:14-3:4. membicarakan mengenai bermacam-macam manusia,
yakni manusia daging (sarkikos 1 Kor
3:1), manusia duniawi (psuchikos 1 Kor 2:15), manusia
rohani (pneumatikos, 1
Kor 2:15). Bukankah
ini menunjukkan bahwa ada bermacam macam orang, yakni non kristen yang disebut
manusia daging, orang kristen yang tidak rohani yang mengikuti keinginan
jiwanya dan orang kristen dewasa yang mengikuti keinginan rohnya? Hal ini berarti roh dan jiwa adalah elemen
yang berbeda dalam natur manusia.
Namun pada
bagian ini Paulus sedang membicarakan
tentang hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus, bukan membicarakan tentang
pembagian jiwa dan roh. Sebutan Paulus mengenai manusia rohani (1 Kor 2:15),
manusia duniawi (1 Kor 2:15) dan manusia daging (1 Kor 3:1) tidaklah mewakili
dengan jelas pembagian manusia menjadi roh dan jiwa. Manusia daging , manusia
duniawi, manusia rohani adalah pribadi-pribadi berbeda yang tidak dijelaskan
oleh Paulus bahwa mereka masing-masing memiliki jiwa dan roh yang terpisah.
(5). 1
Korintus 14:14 “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa
roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.”Hal ini
menyatakan bahwa roh dan pikiran berbeda dan ini mendukung pandangan trikotomi
bahwa pikiran atau akal budi itu adalah bagian dari jiwa manusia dan bukan
bagian dari roh.
Argumentasi ini baru bisa diterima,
kalau bisa dibuktikan bahwa Alkitab mengnggap pikiran adalah bagian dari jiwa.
Pada bagian sebelumnya, dari beberapa nats, kita ketahui bahwa bagian pikiran
dan perasaan tidak selalu merupakan bagian dari jiwa (Kis 17:16; Yoh 13:21; Mrk 2:8), seringkali itu juga bagian dari roh dan tubuh secara
keseluruhan. Maksud Paulus dengan mengatakan hal ini adalah bahwa dia tidak
mengerti apa yang dia ucapkan dalam doa, karena dia berdoa dengan bahasa roh,
sehingga pikirannya tidaklah turut bekerja. Hal ini berarti bahwa roh kita
tetap dapat berhubungan dengan Allah walaupun kita sudah tidak memiliki
kesadaran secara fisik. Roh dapat berdoa tanpa memakai kata-kata yang
tersusun oleh pikiran kita.
(6). Argumentasi dari pengalaman
pribadi. Banyak penganut trikotomi mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan
spiritual, yakni sebuah kesadaran spiritual terhadap kehadiran Allah, dimana
ini membuat mereka bisa membedakan antara pikiran dan emosi. Jika tidak ada roh,
lalu mengapa saya bisa membedakan antara pikiran dan emosi saya.
Roh
atau jiwa kita memang bisa membedakan antara pikiran dan emosi jiwa kita. Hal ini bukan berarti roh dan
jiwa terpisah dalam substansinya.
(7). Roh manusialah yang membuat manusia
berbeda dari binatang. Manusia dan binatang memiliki jiwa, namun pada binatang
tidak ada roh sedangkan manusia memilikii roh. Roh manusialah yang membuat
manusia berbeda dari binatang.
Memang,
manusia berbeda dari binatang dalam hal non materi. Namun perbedaannya bukan
seperti pandangan trikotomi, dimana manusia memiliki jiwa dan roh sedangkan
binatang hanya memiliki jiwa yang dapat mati. Baik manusia maupun
binatang sama-sama memiliki roh atau jiwa (Pkh 3:21; Why 16:3). Pada diri
binatang, terkadang dipakai istilah roh (Pkh 3:21), terkadang istilah jiwa (Why
16:3) dan terkadang istilah nephesh.(Kej
1:21; 9:4). Tentunya ada perbedaan antara jiwa binatang dan jiwa manusia. Jiwa
binatang hanyalah semacam kehidupan tanpa ada kekekalan di dalamnya, berbeda
dengan jiwa manusia. Kata nephesh
yang dipakai untuk binatang memiliki arti seperti ini.
Ada beberapa implikasi dari pemahaman trikotomi ini.
Jika kita menganut paham trikotomi, akan terjadi beberapa hal
(1). Pemahaman kita bahwa jiwa dan roh berbeda
substansi dan berbeda fungsi akan membuat kita mengandalkan roh semata dalam
hubungan dengan Allah. Penganut paham trikotomi bisa mengabaikan studi alkitab
untuk menumbuhkan kerohaniannya. Dia hanya akan mengandalkan doa untuk
berhubungan dengan Allah
(2). Pemahaman trikotomi akan membuat kita tidak
akan menghargai emosi kita karena menganggap tidak penting dan bukan bagian
yang spiritual, karena itu hanyalah bagian dari jiwa
Pemahaman dikotomi akan memiliki beberapa
implikasi
(1). Lebih mudah menghargai emosi, pikiran karena
semuanya itu merupakan kesatuan dalam roh kita
(2). Akan mementingkan studi Alkitab dan doa dalam
berhubungan dengan Allah, karena tidak ada pemisahan jiwa dan roh
(3). Pemahaman dikotomi akan mengingatkan kita
untuk bertumbuh dalam segala aspek diri kita, baik itu berhubungan dengan
psikologis kita maupun kerohanian kita
[1] Paul Enns, 379
[2] Paul Enns, 378
[3] Berkhof, 30
[4] KJV John 13:21 When Jesus had thus said, he was troubled in spirit, and
testified, and said, Verily, verily, I say unto you, that one of you shall
betray me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar