Sabtu, 06 Juni 2020

UNIVERSALITAS DOSA

UNIVERSALITAS DOSA

 

Yohannis Trisfant, MTh

 

Sedikit sekali orang yang menyangkal adanya kejahatan dalam hati manusia. Kebanyakan manusia mengakui bahwa dosa itu bersifat universal

1.     sejarah agam dan filsafat mengakuinya.

Ketika Ayub bertanya, bagaimana manusia dapat benar dihadapan Allah merupakan sebuah pertanyaan yang ditanyakan bukan saja dalam terang wahyu khusu, didalam dunia orang kafir. Agama-agama kafir mengakui adanya kesadaran universal tentang dosa dan perlunya pendamaian dengan Yang Mahatinggi. Ada sebuah perasaan umum bahwa para dewa harus diberikan sesaji. Ada suatu suara unibersal bahwa manusia kehilangan apa yang ideal dan akan dihukum oleh kekuasaan Yang Mahatinggi. Kesadaran akan dosa ini nampak dengan ritual-ritual yang dilakukan oleh manusia, misalnya, mempersembahkan korban anak kandungnya sendiri diatas mezbah, pengakuan-pengakuan yang berulang-ulang diucapkan dan doa-doa agar dilepaskan dari kejahatan. Pada pemberita Injil menemukan hal ini dimanapun mereka pergi.

Sejarah filsafat juga menunjukkan hal yang sama, para ahli filasafat kuno sudah bergumul dengan persoalan kejahatan moral dan tidak ada satupun ahli filsafat yang kita kenal dan menyangkali keberadaan dosa.

 

2.     Alkitab mengajarkan ttg universalitas dosa.

         

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa dosa manusia bersifat universal, 1 Raj 8:46;  mzm 143:2;  ams 20:9;  Pkb 7:20;  Rom 3:1-12,19,20,23;  Gal 3:22;  Yak 3:2;  1 Yoh 1:8,10. 

Dosa diwarisi manusia sejak dia dilahirkan dan dengan demikian dosa ada dalam natur manusia (mzm 51:5; ayub 14:4;  Yoh 3:6.

Dosa adalah sesuatu yang asli yang dilakukan oleh manusia dan menjadikan mereka bersalah dihadapan Tuhan. Roma 5:12-14 mengandung pengertian bahwa dosa itu sudah ada pada bayi-bayi sebelum mereka memiliki kesadaran moral. Oleh sebab itu manusia membutuhkan penebusan

 

Yohannis Trisfant, MTh

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar